Sing luhur sakola, éléhkeun si bapak, bagikeun élmuna, anu sombong moal boga babaturan.
Ungkapan berbahasa Sunda di atas adalah penggalan lirik lagu dari The Panasdalam, yang bila diartikan ke bahasa Indonesia secara tidak langsung mengajarkan kita semua agar senantiasa menuntut ilmu yang baik dan luhur.
Walaupun belajar bisa di mana saja, tetapi tidak bisa dimungkiri lagi bahwasanya sekolah adalah tempat yang paling pas dan sesuai untuk belajar. Namun yang namanya anak muda, apalagi di usia-usia remaja, pemberontakan adalah kata wajib yang harus ada dalam hidup, termasuk memberontak dari peraturan-peraturan yang ada di sekolah.
Nah, sadar atau tidak, kalian pasti pernah memberontak di sekolah dengan melakukan hal-hal di bawah ini:
1. PR
Kita semua tahu, bahwasanya PR itu perlu, apalagi dalam dunia bisnis. PR berperan sebagai penyambung lidah perusahaan. Tapi, yang mau kita bahas di sini tuh bukan PR yang itu. Hampir semua pelajar di seluruh dunia membenci PR, dan mempertanyakan apa kegunaan PR. Setidaknya itulah yang diungkapkan oleh perwakilan FEMALES (Felajar-felajar Males), sebuah organisasi pelajar rebel di Indonesia.
PR di sini is homework, atau bila di-bahasa-ndonesia-kan adalah Pekerjaan Rumah. Namun, apakah Pekerjaan Rumah itu sejenis dengan cuci piring? Ngepel? Nyapu? Dan sejenisnya? Tentunya tidak. Pekerjaan Rumah yang dimaksud di sini adalah: tugas sekolah yang harus dikerjakan di rumah. Namun lagi-lagi kita bingung, kalau itu memang tugas sekolah, kenapa kita para pelajar yang harus mengerjakan? Itu kan namanya melemparkan tanggung jawab, karena udah jelas-jelas itu kan tugasnya sekolah. Ya nggak?
Karena mau bagaimanapun keadaannya, ujung-ujungnya PR pasti dikerjain di sekolah-sekolah juga. Ngaku lu!
2. UKS
Kalian pasti tau apa kepanjangan dari UKS kan? Yak betul, UKS adalah kepanjangan dari
Namun, apa daya, nasi sudah menjadi bubur, bubur pun sudah menjadi kuah (masaknya kebanyakan aer). Kadang harapan tidak sejalan dengan kenyataan, fakta di lapangan berkata beda, UKS kini lebih berfungsi sebagai ‘hotel’. Yak, di mana-mana tampaknya sama saja, UKS adalah tempat para siswa-siswi numpang pacaran. UKS adalah sarang kebohongan, kadang banyak yang berpura-pura sakit demi bisa tidur-tiduran di UKS. Sungguh kreatif, kere tapi aktif.
3. Kantolet
Awalnya memang coba-coba, tapi siapa yang tau, ujung-ujungnya jadi ketagihan. Kira-kira demikianlah ungkapan paling tepat untuk menggambarkan fenomena yang satu ini, fenomena yang bernama: kantolet, alias kantin berkedok toilet.
Yak betul, awalnya cuma coba-coba “ini guru bisa dibohongin gak ya.” Akuilah, baik ente-ente yang sudah lulus sekolah, maupun ente yang masih sekolah, kalian semua pasti pernah nyobain, izinnya kencing, tapi mampirnya ke kantin. Sebab pada dasarnya ketika bosan dan suntuk melanda, hanya makan, minum atau ngongkronglah yang mampu menjadi penawarnya.
Kawan sekalian, tentunya ente-ente para pelajar pastinya sudah terbiasa dengan rutinitas razia, mulai dari razia seragam, sepatu, sampai ke hal sepele seperti rambut. Maka di sinilah kita ditantang memaksimalkan apa yang ada menjadi keuntungan bagi kita, salah satunya dengan melakukan teknik TOA (toilet sebagai goa). Ketika razia melanda, pergilah ke toilet, berdiam dirilah di sana, niscaya pasti terhindar dari razia.
Karena sebagai pelajar, tentunya kita mau tak mau diharuskan patuh dan tunduk pada sistem yang ada, termasuk yang kadang dirasa tidak sesuai dengan hati nurani kita. Di sinilah peran kita sebagai anak muda ditantang, beranikah kita keluar dari zona nyaman untuk melanggar peraturan yang tidak sesuai dengan prinsip kita? Jawabannya adalah: harus berani. (tau gua juga bingung ngomong apa ini)
Cuma hati-hati dah jangan kelamaan ngumpetnya, tar brojol berabe..
Begitulah kiranya empat contoh kebohongan yang paling sering dilakukan di sekolah. Kalo ada yang mau nambahin, silakan saja sok atuh mangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar