Selasa, 02 April 2013

Mengapa novel Now and Then berlatar Semarang?

 
 
oleh Arnellis
 
Saya termasuk salah seorang yang percaya bahwa manusia perlu menciptakan tantangan dalam hidupnya. Sederhana saja, biar hidup lebih seru. Maka ketika suatu hari seorang teman mengajukan tantangan kepada saya untuk menulis buku cerita, saya menerimanya.
 
Saya kemudian mengikuti Kompetisi Menulis 100% Roman Asli Indonesia dari Gagas Media tahun 2010 lalu. Saya sengaja memilih untuk mengambil kategori classic romance karena menurut saya itulah yang paling sulit untuk dibuat. Kategori itu mewajibkan penulis untuk mengangkat unsur budaya suatu daerah atau ada intrik konflik klasik dalam cerita. Nah, pekerjaan rumah seru dimulai.
 
Tak lama buat saya untuk menjatuhkan pilihan pada Semarang, ibukota Jawa Tengah sebagai latar cerita. Pertimbangannya sederhana, saya pernah dua kali berkunjung ke sana. Kenapa tidak Jakarta atau Bogor, kota tempat tinggal saya sendiri? Yah, tentu akan lebih mudah menulis cerita tentang kota yang kita tinggali. Namun, saat itu saya merasa tidaklah menantag untuk menulis cerita kota sendiri. Lagipula, kebetulan sudah ada, atau malah sudah banyak yang bercerita tentang kota Jakarta. Maka saya sengaja memilih kota yang tidak pernah saya tinggali, tapi sedikit banyak pernah saya tahu. Harapannya, akan ada banyak tantangan seru selama proses menulis berlangsung.
 
Maka mulailah saya membuat kerangka cerita dengan menempatkan Semarang sebagai latar tempat. Saya mulai memilih sejumlah nama tempat di kota itu yang bisa dikembangkan dalam alur cerita. Ikon bangunan seperti Lawang Sewu atau nama jalan seperti Pandanaran, misalnya. Tokoh kemudian akan ditempatkan untuk tinggal di bagian-bagian kota Semarang. Tokoh Sui Lian saya hidupkan di Pasar Bulu, dan tokoh Pras di Semarang Atas. Lalu ketika cerita bergulir, tokoh-tokoh itu akan berjalan-jalan di banyka tempat di Semarang.
 
Tantangan serunya adalah ketika mendeskripsikan detil lokasi. Saya mengandalkan ingatan dan dibantu foto-foto ketika berkunjung ke sana. Kalau lupa, mungkin bisa lebih mudah didatangi jika lokasi yang kita inginkan itu dekat. Karena tidak mungkin saya bolak-balik ke Semarang, saya mesti mencari banyak referensi tulis. Lalu untuk mengaitkan detil lokasi satu dengan lainnya, saya harus mengecek peta, buku, dan internet. Nah, inilah yang menantang, dan rasanya seru sekali! Untungnya kemudian saya punya sekali kesempatan ke Semarang sebelum deadline naskah tiba. Momen itu saya manfaatkan untuk mencari detil lokasi sekali lagi, dan memberi bumbu suasana dan rasa pada cerita. Hasilnya, jadilah novel Now and Then, kisah cinta dua manusia di kota Semarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar