Selasa, 02 April 2013

TNSALOA – Behind The Stories

#MainArticle

TNSALOA – Behind The Stories


Di sebuah café di daerah Senayan, di suatu siang, seorang perempuan berambut pendek yang matanya bersinar-sinar – tanda khas orang yang cerdas – berkata, “Elo tuh cocoknya bikin buku komedi, deh…” Seiring dengan selesainya kalimat tersebut, gue terpingkal beberapa detik. Bukan karena omongan perempuan ini terasa lucu, namun karena ada yang menganggap gue cocok menulis buku komedi lah yang terasa lucu. Pertama, gue nggak menganggap diri gue lucu sama sekali. Kedua, gue bahkan pada waktu itu nggak paham bahwa dalam komedi, ada yang namanya ‘set up’, dan ‘punchline’. Dan yang ketiga, gue nggak kepengin nulis buku komedi. Gue maunya nulis novel romance. Novel yang isinya ‘dalem’, mengharu biru, yang akan terus diingat orang kisahnya karena begitu romantis. Awal September 2012, buku solo perdana gue hadir. Genrenya … komedi.

“Jangan bilang nggak bisa sebelum dicoba.” Begitulah kira-kira kalimat Perempuan berambut pendek, yang punya cengiran khas, yang matanya selalu bersinar-sinar cerdas, dan percaya pada kemampuan gue.  Seandainya nggak ada yang menampar dan mendorong-dorong gue untuk mencoba sesuatu yang menurut gue baru dan bukan zona aman gue, mungkin gue nggak akan pernah menulis TNSALOA. Malam itu, gue mulai membuka-buka archive Twitter gue. Oh, iya, gue selalu memback-up timeline gue untuk menertawakan diri gue sendiri. Betapa alaynya, betapa noraknya, dan betapa nggak pentingnya apa yang gue tweet. Beberapa tweet bahkan membuat gue mengernyitkan kening dan menggumam, “ih, jijik banget, sih? Orang gila mana coba yang ngetwit kayak gini?!’, lalu gue tersadar. Orang gila itu gue. Okelah.

Gue memang punya kegemaran untuk membuat serial tweet . Cerita-cerita nista, norak, aneh, absurd, yang berserakan di hidup gue, gue ceritakan kembali dalam format  140 karakter. Dari cerita waktu kecil yang dipenuhi kenakalan-kenakalan yang membuat orang tua, tante, om, tetangga dan kakak-kakak gue pusing, berbagai kejadian dan percakapan absurd dengan ibu-ibu di kampungsaat punya toko kelontong (itu lho, toko yang jualan minyak sayur, telur, terigu, beras, dan lain-lain, dan lain-lain… ;) , saat gue menulis berbagai skenario sinetron yang penuh deadline dan lingkar hitam di bawah mata akibat kurang tidur, sampai ke cerita-cerita ajaib sewaktu gue punya konter handphone.

“Jangan bilang nggak bisa sebelum dicoba.” Kalimat ini terus berdentam-dentam di kepala. Lama-lama, jadi semacam mantra. Kemudian, kalimat ini bertransformasi menjadi sosok songong yang melirik meremehkan dengan dagu terangkat, segaris senyum sinis, dan kedua tangan yang dilipat di depan dada sambil berkata, “Emang elo bisa? Nyoba aja ogah.” Ih, gak sopan banget sosok imajiner ini. GUE GAK TAKUT!

Setelah gue setor naskah untuk The Journeys 1 (eh, udah pada beli, belum? Banyak lho yang ikutan nulis di sini! Dari Ve Handojo, Vabyo, Gama Harjono, Adhitya Mulya, sampai ke Raditya Dika. I’m a shameless salesman, so please buy the book! ^^), gue mulai memikirkan konsep untuk buku solo gue. Premis “kejadian-kejadian aneh, absurd dan lucu saat kerja di konter handphone” disetujui Gagas. Deg-deg an tiada henti dan kerja keras mengerahkan segala kemampuan gue pun dimulai.

Serial tweet yang membahas kejadian absurd di konter handphone gue kumpulkan. Lalu, gue tulis ulang supaya layak untuk masuk buku. Tentunya, gue juga menambahkan banyak cerita yang belum pernah gue tulis ataupun tweet. Begitu dapet 75 halaman word, gue kirimkan ke editor. Jawabannya? Tambahin sekitar 25 halaman lagi, dong! Widih. Rupanya masih kurang tebal. Okay. Gue mengamati beberapa cerita yang belum gue tulis. Salah satunya, cerita di bab terakhir TNSALOA. Cerita yang sebenarnya nggak kepengin gue masukkan ke buku, karena alasan yang personal. Kalau kalian baca, kalian pasti akan tahu kenapa itu sangat personal buat gue. Penasaran, ya? Jangan lupa beli, dong. *teteup jualan*

Bagian paling membuat kepala pusing bukanlah menuliskan cerita. Tetapi, mencari judul. Gue mengutuk diri gue sendiri karena ngasih judul “Alex dan Konter Ajaib” sewaktu mengirimkan naskah ke Gagas. Tapi mau gimana lagi? I really suck at giving title! Kalau seandainya judul “Alex dan Konter Ajaib” terpilih dan tercetak di buku dan dipajang di toko buku se Indonesia, mungkin yang beli akan mengira itu adalah buku tentang konter ajaib yang bisa terbang, bisa memproduksi handphone keren, dan … disangka sekuel sinetron Eneng dan Kaos Kaki Ajaib.

Pertolongan selalu datang pada orang yang membutuhkan di saat yang tepat dan pada waktu yang tak terduga. Buktinya adalah di suatu siang ketika gue sedang brainstorming cerita sinetron bersama dua orang teman. Entah kenapa, hawa curhat mendadak muncul, dan gue membeberkan masalah belum punya judul yang pas. Teman gue nyeletuk, “Eh, judulnya The Amazing @aMrazing, aja!!” Tentunya gue bengong dan protes, karena gue nggak sepede dan senarsis itu untuk memajang  “The Amazing @aMrazing” sebagai judul buku gue. Kebayang banget, komentar sinis yang bakalan muncul pasti seperti, “What? Amazing @aMrazing? Dih, situ siapa emang? Artis papan atas? Jadi artis papan cucian aja belum layak!” dan semacamnya. Jadi … no. Gue nggak akan pakai judul itu. Teman gue nggak nyerah. Dia menyarankan judul “The Not-So Amazing Life-of @aMrazing’. Bingo. Eureka. Hore. Ketemu juga judulnya!

Punya TNSALOA? Liat deh covernya. Tulisan ‘Not-So dan ‘Life-of’ nya ada garis-garis perak kayak kode voucher handphone yang dikerik, kan? Nah, tujuan sebenarnya adalah … narsis terselubung. Kalau dua bagian kata itu nggak dibaca, judul bukunya menjadi “The Amazing @aMrazing”. Muahaha.

Jadi, begitulah sekilas cerita di balik proses menulis The Not-So Amazing Life-of @aMrazing. Gue beruntung punya editor yang nggak pernah bosan memberi masukan. Gue beruntung punya teman-teman yang selalu kasih semangat. Dan gue sangat beruntung ketemu perempuan cantik berambut pendek yang matanya berbinar-binar cerdas, dan punya cengiran yang khas. Dia yang membuka jalan gue. Dia percaya gue bisa nulis. Dan dia masih jomblo. Makasih ya, Kak Windy Ariestanty.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar