Bersahabat dengan alam memang tidak mudah, sebab kita harus mengerti alam, sementara kita harus dihadapkan pada kenyataan bahwa alam gak bisa ngomong.
Untuk itulah mengapa di perguruan-perguruan tinggi di manapun pasti ada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pecinta alam, soalnya kan namanya aja perguruan tinggi, jadi pasti ilmunya tinggi, bisa ngerti apa kata alam.
Nah, makin ke sini kayaknya makin banyak orang yang dandanannya a la pecinta alam, atau biasa disebut dengan sebutan “Anak Gunung.” Untuk itu kami mencoba menghadirkan tulisan ini, agar teman-teman sekalian bisa mengetahui perspektif baru dalam menilai orang, khususnya anak-anak gunung tersebut. Yang mana yang anak gunung sejati, yang mana yang gadungan.
Inilah dia ciri-cirinya:
1. Sepokat Bersih
Yang namanya bersinggungan dengan alam itu artinya bersinggungan langsung dengan bumi yang kita pijak, dengan tanah. Dan salah satu hal yang paling diasosiasikan dengan tanah adalah: kotor.
Jadi, walaupun memang ada yang bilang kalau kebersihan adalah sebagian daripada iman, menurut pengamatan di lapangan, seharusnya hal itu gak berlaku buat anak gunung sejati. Sebab, anak gunung sejati itu ya sejatinya senantiasa bersinggungan dengan alam. Jadi kalo ada anak gunung sepatu dan tasnya bersih nan necis? Nilailah sendiri.
2. Ngeluhers
Kita semua tahu kalau mendaki gunung itu bukanlah kegiatan yang ringan. Penuh tantangan, dan memerlukan kesiapan fisik dan mental yang kuat. Oleh karena itu, sudah sewajarnya anak gunung memiliki ketahanan tubuh yang prima.
Anak gunung haruslah senantiasa siap dan terbiasa bila dihadapkan pada keadaan yang tidak diinginkan. Jadi kalo misalnya ada yang ngaku-ngaku anak gunung, tapi eh tapi, ternyata eh ternyata, kalo ketemu panas terik dia udah ngeluh, gerah dikit dia bawel, keujanan dikit dia rewel, ada kemungkinan dia adalah agungan, alias anak gunung gadungan.
3. Futuristik dan Dibuat-buat
Di mana-mana, orang yang ngaku dekat dengan alam itu berarti dalam dirinya secara gak langsung sudah berserah diri dengan semesta. Dan dari pertautan di atas, seharusnya orang yang berserah diri dengan semesta itu harap tampil apa adanya, tidak dibuat-buat, dan tidak peduli apa kata orang.
Anak gunung sejati harusnya berani menantang sistem dan nilai yang ada di masyarakat. Dalam artian, dia harus mampu jadi dirinya sendiri, sebab hanya alam lah yang menjadi kompas hidupnya.
Ya pokoknya gitulah.
4. Buang Sampah Sembarangan
Ada pepatah bijak yang berbunyi, “Muka boleh sembarangan, tapi buang sampah jangan.” Pepatah bijak tersebut sangatlah benar kawan, dan haruslah kita junjung tinggi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, bahwasanya tidak peduli serupawan apa wajahmu, tak akan berarti kalau tak cinta lingkungan.
Jadi kalau ada orang yang ngaku-ngaku anak gunung, pecinta alam, dan sebagainya, tapi kalo buang sampah di mana aja, dan gak ada inisiatif buat bersihin sampah di sekitar lingkungannya, jangan sebut dia anak gunung, sebut saja dia mawar.
5. Mandi
Yaelah, udah pada tau kan kalo gak kotor itu gak belajar. Jadi ada baiknya kalo emang ente gunung, gak usah mandi lah. Buat apa mandi, mandi itu gak penting! Mandi adalah sebuah tindakan yang merupakan cerminan pemborosan dan tidak cinta lingkungan.
Bayangkan berapa liter air yang harus dibuang-buang hanya untuk mandi, bayangkan! Sementara di daerah-daerah lain masih banyak yang kekeringan dan harus berjuang susah payah hanya demi mendapat segelas air bersih. Oleh karena itu, marilah bersama-sama kita galakan gerakan TM2 – Tidak Mandi Tidak Mengapa (padahal mah males).
Itulah dia kiranya segala keluh kesah warga masyarakat yang sudah berhasil kami tampung dan rangkum dalam sebuah tulisan artistik nan megah. Ini semua demi tercapainya masyarakat yang adil dan makmur, serta untuk menjunjung tinggi kemajemukan dalam kehidupan bersa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar