Selalu ada yang pertama. Mungkin itu kalimat yang tepat ngegambarin gimana gua abis nyobain teknologi terbaru yang bakalan kamu nikmatin di bioskop kesayangan kamu. Sebuah kehormatan bisa nyicipin Sound System Dolby Atmos terbaru, dan yang pertama kalinya di Indonesia... lebih dulu dibanding kalian-kalian.
Di demo awal sebelum film dimulai, gua bisa ngerasain banget bahwa sound yang dihasilkan di sini cakep banget. Ada demo scene mengenai awan badai, hutan tropis, dan serangga close up. Kalo biasanya cuma gambarnya doang yang 3D, Dolby Atmos bisa ngebawa elu ke dunia yang sineas ingin elu ada. Ibaratnya suara tapi 3D, jadi bukan cuma di sekeliling depan, belakang, kiri, kanan doang, tapi di atas juga ada. Dan elu harus nyoba sendiri untuk tau kehebatan sound system ini.
Gua nggak sabar dong gimana kalo film benernya udah dimulai.
Adegan dibuka dengan scene-scene Katniss Everdeen (Jenifer Lawrence) yang hidup dengan memori dan konsekuensi atas Hunger Games pertama yang ia lalui. Gambar-gambar Distrik 12 dimana tempat Katniss dan keluarga tinggal total banget dibikin sama tim produksi film ini. Ga hanya disitu aja, kostum-kostum yang ada di film ini semuanya keren betul, pemirsa.
Dan melanjutkan benang merah cerita awal, porsi cinta segitiga antara Katniss, Peeta Mellark (Josh Hutcherson), dan si masteng no. 1 Gale Hawthorne (Liam Hemsworth) lebih berasa diulik di sini. Bukan tanpa sebab, soalnya hubungan yang dibangun Katniss dan Peeta di turnamen lalu adalah sebuah momen besar yang disaksikan seluruh penjuru negara dari berbagai distrik sebagai momen revolusioner di mana cinta (palsu?/asli?) mengalahkan sistem korup dan represifnya Presiden Snow (Donald Sutherland) yang disimbolisasikan sebagai turnamen tahunan Hunger Games.
Nggak mau kalah, Presiden Snow mengancam Katniss untuk meredakan gejolak revolusi yang udeh mulai tersulut di penjuru negeri. Gimana caranya? Katniss harus patuh dengan aturan-aturan dan protokoler segala macem yang didesain untuk memperlihatkan bahwa cintanya dan Peeta itu serius, dengan harapan warga yang menyaksikan Tur Kemenangan mereka ke semua distrik akan menjadi lebih tertib dan patuh. Karena kalo nggak, keluarga dan orang-orang yang Katniss sayangi menjadi taruhannya.
Ternyata oh ternyata, keberuntungan belom berpihak kepada Katniss, karena tahun ini adalah tahun spesial, di mana setiap 25 tahun sekali, pemenang-pemenang sebelumnya akan diadu kembali di Quarter Quell. Tentu saja, doi terpaksa ikut lagi.
Tapi dari segala keadaan yang kusut ini, Katniss berhasil memperkuat dan mencari sekutu-sekutu dari orang-orang di sekitarnya. Kali ini Katniss menemukannya di peserta-peserta yang baru dikenal. Ada pasangan geek Beetee dan Wiress atau dijuluki Nuts and Bolts (Jeffrey Wright dan Amanda Plummer), si fierce dan seksi Johanna (Jenna Malone), masteng no. 2 Finnick (Sam Claflin), tokoh ally tapi nggak guna Mags (Lynn Cohen) dan dari banyak orang-orang lainnya yang Katniss nggak duga-duga.
Turnamen yang kali ini memiliki setting di hutan hujan tropis lengkap dengan pantai, berasa banget kondisi dan perjuangan survival para peserta. Berbagai rintangan baik dari sesama peserta maupun kondisi hutan yang dibuat memiliki ancaman yang berbeda tiap jam dibuat dengan apik. Dan Dolby Atmos-nya bener-bener menawan dan keluar istimewanya di sini.
Kisah yang lebih kelam, taruhan yang lebih tinggi, dan VFX/SFX yang keren membuat gua berani mengambil kesimpulan bahwa film ini lebih baik dari yang pertama. Dan ini adalah hal yang istimewa, karena menurut gua, nggak banyak sekuel yang mampu menaikkan standarnya dari sebelumnya.
Bagi elu-elu yang suka sama film bergenre adventure action kayanya cocok dengan film ini. Film yang memiliki rating PG-13 ini pun female friendly, bro, jadi asik juga buat nonton solo atau ganda campuran.
Dan mengakhiri review gua kali ini, harap sediakan cemilan dan minum sebelom nonton. Kalo yang latahan, elu bakalan haus pas adegan-adegan turnamen. Bingung? Makanya nonton biar ngerti. Buat bikin makin penasaran silakan intip trailernya dulu:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar