Kalo kurang, bisa cari sendiri di twitter, dengan keyword ‘bokap’, atau ‘nyokap’. Dan lo akan menemukan banyak ocehan-ocehan seperti di atas.
Sebelumnya, izinkan gua mengutip salah satu quote favorit gua dari Friedrich Nietzsche, seorang filusuf Jerman kenamaan:
“Whoever does not have a good father, should procure one.”
Dalam hidup, emang pasti ada masa-masanya kesel atau sebel sama orang tua, dan buat gua itu adalah hal yang wajar. Terutama ketika kita memasuki fase hidup sebagai anak muda, fase di mana manusia memposisikan dirinya sebagai explorer, selalu ingin mencoba hal-hal baru. Hingga kemudian batasan-batasan tentang mana yang baik dan mana yang tidak datang dari orang terdekat kita, orang tua.
Tapi, sebelumnya, kembali lagi ke pertanyaan, apakah pantas kita memperlakukan orang tua dengan makian dan ucapan-ucapan seperti di atas?
Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya kita refleksi dulu sejenak. Mencari tahu duduk permasalahan, mengklasifikasikannya satu persatu. Sampai akhirnya kita bisa menemukan titik permasalahan untuk kemudian mengolahnya menjadi titik terang.
Apa yang membuat seorang anak bisa menjadi kesal dengan orang tuanya? Salah satunya adalah karena dilarang. Lalu kenapa orang tua bisa sampai melarang? Apa mereka gak tau kalo dilarang itu gak enak? Apa mereka gak pernah muda?
“Jangan rusak masa depan kamu dengan alkohol..”
“Belajar yang bener, jangan main melulu..”
Dan jangan-jangan yang lainnya.
Satu kenyataan yang gak bisa dimungkiri adalah we belong to our parents. Sebebas-bebasnya lo merasa hidup lo udah merdeka, tetap gak bisa lo bantah kalo lo adalah milik orang tua lo. Dan sebagaimana layaknya orang memperlakukan apa yang dimiliki, orang tua lo juga merasa bertanggung jawab untuk menjaga lo. Bukankah memang itu salah satu fungsi keluarga yang paling utama? Saling menjaga satu sama lain.
Umur mereka 40, 50, atau mungkin 60, 70, dan usia kita belum ada setengah usia mereka. Mereka pernah muda, dahulu, dan mungkin saja mereka sudah melalui apa yang belum dan akan kita lalui, sehingga mereka tahu bagaimana rasanya, akibatnya. Justru karena mereka pernah muda, maka mereka berani melarang.
Siapa sih yang suka dilarang? Rasanya gak ada satu pun orang di dunia ini yang suka kalau dilarang-larang. Gua sendiri termasuk orang yang gak suka dilarang, banget. Gua selalu bilang kepada diri gua untuk patuh karena pilihan dan prinsip, bukan karena larangan. Dan jangan pernah melarang orang lain yang melanggar larangan karena prinsip yang dipilih dan dijalaninya.
Namun apakah prinsip yang kita jalani sudah sesuai, sudah benar? Gua gak bicara tentang moral di sini, sebab persetan dengan segala penilaian terhadap mana moral yang benar dan mana moral yang salah. Pendefinisian terhadap moral adalah sebuah kebodohan.
Kita perlu orang lain untuk menilai, walaupun kita gak bisa selamanya dan sepenuhnya bergantung pada penilaian orang lain atas apa yang kita pilih dan jalani. Tapi tetap saja kita perlu orang lain untuk menilai, kenapa? Karena kita hidup gak sendirian. Manusia adalah mahluk sosial, kalian semua pasti tahu dan pernah belajar tentang hal ini, bahkan sejak masih duduk di bangku sekolah dasar.
Lalu bagaimana caranya berkompromi dengan orang tua dan larangannya? Juga pada pandangannya soal hidup yang mungkin berbeda dengan kita?
Pada dasarnya kita harus mengerti, bahwa larangan dari orang tua adalah kasih sayang. Gak ada satu pun orang tua di dunia ini yang ingin anaknya celaka. Kalaupun ada, mungkin dia adalah orang yang sakit, atau dengan kata lain ada yang salah dengan dirinya, jadi mari kita kesampingkan fakta tersebut.
Salah satu hal yang paling sering menjadi jurang antara orang tua dan anaknya adalah jaman yang sudah berbeda dan berubah, itu berarti satu hal: nilai-nilai yang sudah berbeda pula. Bila dulu minum bir dianggap tabu dan dosa besar, kini bir sudah dijual di mana-mana, dekat dengan kita, dan sudah menjadi kebiasaan baru, itu salah satu contohnya.
Dan satu-satunya yang bisa menjembatani jurang perbedaan jaman dan pemahaman akan nilai hanyalah satu: komunikasi.
Maka berkomunikasilah dengan baik kepada orang tua lo. Beri mereka pemahaman atas apa yang lo lakukan, kasih tahu mereka kalau di masa sekarang apa yang dianggap A pada jaman mereka muda sudah berubah menjadi B. Tapi satu hal yang pasti, lo juga harus mempersiapkan diri dengan tanggapan dari orang tua lo. Karena belum tentu jalan komunikasi akan menyelesaikan permasalahan perbedaan pandangan, sebab banyak dari orang tua yang masih terjebak dengan pikirannya dan masa-masanya mereka muda, dan menjadikan mereka orang tua yang kolot.
Dan kalau komunikasi tidak berhasil menjadi jalan keluar permasalahan, itu berarti lo harus pilih jalan lain, yaitu: berkompromi dengan diri sendiri. Lo harus bisa menerima kenyataan kalau orang tua lo emang gak bisa menerima jalan yang lo pilih dan lakukan. Tapi bukan berarti pula lo harus mengorbankan prinsip hidup lo dan kehidupan yang lo jalanin. Mungkin memang lebih baik mereka gak perlu tahu akan apa yang kita lakukan.
Intinya, orang tua bukanlah santo atau orang suci yang sempurna. Orang tua sama seperti kita, manusia biasa dengan segala keterbatasan. Jadi lo harus bisa memaklumi keterbatasan itu, gak semua hal yang kita ingin dan harapkan dari orang tua kita akan terpenuhi dan terkabulkan.
Terakhir, bagaimanapun keadaan yang lo alami dengan orang tua lo, jangan sampai merubah kenyataan bahwa biar bagaimanapun, mereka tetap orang tua kalian. Dan membahagiakan mereka kadang cukup dengan menuruti mereka saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar