Jumat, 27 September 2013

Fase Setelah Patah Hati


Setelah kamu baca artikel tentang patah hati yang kami posting beberapa waktu lalu, semoga sekarang kamu nggak gundah dan gelisah lagi. Udah bisa tidur tenang, udah nggak takut lagi buat nutup mata karena takut bayangan orang itu muncul lagi, nggak ngecekin hape tiap bangun tidur sambil berharap orang itu yang ngucapin selamat pagi.

Buat kamu yang udah berhasil melewati ini, hey, you’re doing good! Buat yang belum, tenang aja, waktu bakal bisa pelan-pelan ngebalikin posisi hati dan kepala kamu ke tempat yang seharusnya. Yang penting, jangan pindahin semua kesakithatian kamu ke orang lain, atau kegiatan-kegiatan yang nggak-nggak, kayak mabuk beneran mabuk-mabukan apalagi sampe ganti kelamin ban dalem padahal bannya gak bocor.

Fase baru putus adalah fase di mana hati kamu masih rentan sama goncangan, bahkan goncangan karena polisi tidur bisa bikin hati kamu tercerai berai lagi (blah). Kemudian kamu mulai merasa siap untuk menghadapi hidup tanpa dia, bisa menghilangkan kebiasaan-kebiasaan sehari-hari yang kalian lakukan, mulai nggak pernah lagi ngecekin Twitter dia buat tau dia lagi apa, sama siapa, sedang apa. Semuanya sudah bisa kamu hadapi. Kamu sudah mulai beradaptasi sama situasi sekarang.

Sampai akhirnya…

Kamu mulai keluar kamar, membiarkan matahari pagi menyentuh kulit kamu. Mengikat tali sepatu dan bersiap keluar. Bertemu teman-teman kamu. Riding your ride,  dan melewati jalan yang biasa kamu lalui sama orang yang sudah membuat hati kamu pindah posisi ke kepala. Kalau organ tubuhmu bisa bersuara, mungkin saat itu hati mu mengeluarkan suara kresek-kresek. Hampir gak kedengeran, tapi terasa. Ada gemuruh-gemuruh kecil, ternyata kenangan lagi menyergap. Pasti kita pernah ada di masa ini.


Jalan yang tadinya biasa-biasa aja, tiba –tiba terlihat lebih buram. Bukan karena cuaca yang emang lagi gelap, tapi perasaan kamu yang masih mendung. Ada sisa-sisa dari orang itu yang tertinggal di sepanjang jalan yang biasa kamu lewatin bareng dia. Padahal dia nggak lagi sama kamu. Kamu seolah masih bisa mencium parfum yang dia pakai, tahu conversation apa yang akan kalian lakukan sepanjang jalan menuju tempat tujuan. Tapi kenyataan bilang, kamu sendirian di dalam mobil.


Kamu sampai ke tempat tujuan. Nggak semua teman kamu tahu apa yang terjadi, walaupun kamu yakin, pasti gossip beredar lebih cepat dari virus flu. Tapi kita kadang-kadang nggak bisa menghindari yang namanya basa-basi yang emang harus terjadi di antara teman-teman. Apalagi, nggak semua teman adalah teman baik yang nggak perlu kamu kasih tau, mereka tau harus bertindak apa. Lalu mulai ada pertanyaan,

“Apa kabar si X?” atau “Kok jarang liat lo sama si X lagi?”

Dan mulai ada konslet-konslet kecil di otak kamu. Dan yang bisa lakukan cuma….senyum…. getir.


Dan mereka mulai menanyakan kenapa bisa putus, kenapa ini, kenapa itu.. yang sebenernya kamu nggak mau omongin juga sih.


Ketika semua kegiatan hangout beres, kamu pulang ke rumah dengan perasaan yang biasa-biasa aja. Mulai mengendarai jalan pulang yang tadi dilalui. Dan ternyata, sekarang lebih cepat karena nggak ada lagi orang yang harus kamu anterin.


And there... ada lagi perasaan kangen yang nggak menggebu-gebu, bisa dikendalikan dengan baik, tapi tetap aja, ternyata dia masih ada di situ. Di ujung otak kita.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar